Bagnaia menghadapi kendala akibat beberapa kecelakaan yang memaksanya mengejar ketertinggalan di paruh kedua musim. Salah satu momen penting terjadi pada sprint di Sepang, ketika Bagnaia terjatuh saat mencoba mengejar Martin.
Meski memenangi balapan utama di Sepang dan disusul dengan kemenangan ganda di Barcelona, Bagnaia tetap tertinggal 10 poin di penghujung musim.
Berbeda dengan musim lalu, di mana Martin gagal meraih podium di tiga balapan terakhir, musim ini ia tampil lebih matang. Kecuali keputusan yang salah untuk mengganti sepeda di tengah hujan di San Marino, Martin hampir tidak melakukan kesalahan penting.
Musim lalu saya sangat tegang dan gugup. Saya benar-benar kesulitan dengan situasi dan merasakan banyak tekanan, kata Martin di Sepang.
“Tahun ini, saya merasa lebih dewasa… Saya mencoba belajar dari rasa sakit dan momen buruk. Kalah juga bisa menjadi pelajaran yang bagus.”
Kegagalan Bagnaia meraih poin di lima sprint race menjadi celah yang dimanfaatkan Martin untuk memimpin klasemen dengan selisih signifikan.
Meski Ducati berhasil merebut gelar juara konstruktor dengan enam seri tersisa, tim pabrikan tidak banyak merayakannya dalam beberapa bulan terakhir.
Di tengah kelembapan tinggi di Sepang, ada rasa pasrah di garasi Ducati, sementara Martin secara emosional mempersiapkan gelar juara di Barcelona.