Liputan6.com, Jakarta – Keikutsertaan dua kekuatan dari Timur membayangi Piala Eropa 1992 di mana Uni Soviet mengamankan tiket ke turnamen di Swedia sesaat sebelum bubar. Sementara itu, Yugoslavia dilanda perang saudara.
Uni Soviet akhirnya mengirimkan pasukan di bawah bendera Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS). Mereka mengandalkan pemain asal Rusia, Ukraina, Belarus, Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan, Kyrgyzstan, Armenia, Azerbaijan, Moldova, dan Tajikistan.
Trio Estonia, Latvia, Lituania bukan bagian dari CIS. Sementara meski juga satu grup, Georgia mengirimkan Kakhaber Tskhadadze. Situasi Yugoslavia bahkan lebih tragis lagi. Mereka kena sanksi PBB sehingga dilarang ikut serta. Denmark, yang menempati posisi terbawah tim di kualifikasi, diundang sebagai pemain pengganti.
Tuan rumah Swedia dan Skotlandia menjalani debut di turnamen besar. Kehadiran mereka membuat sejumlah nama besar absen, termasuk kuartet Cekoslowakia, Italia, Portugal, dan Spanyol.
Swedia dan Denmark terkejut di Grup A dengan mengungguli Prancis dan Inggris. Situasi berbeda terjadi di Grup B, unggulan teratas Belanda dan Jerman tidak kesulitan melewati Skotlandia dan CIS.
Denmark yang dijuluki Tim Dinamit setelah mencapai babak semifinal Piala Eropa 1984 dan babak 16 besar Piala Dunia 1986 akhirnya meledak. Pertama mereka mengalahkan juara bertahan Belanda lewat adu penalti 5-4 (2-2). Kiper Peter Schmeichel menjadi pahlawan setelah menggagalkan penyelesaian Marco van Basten.
Timnas Denmark melanjutkan momentumnya di final dengan mengalahkan Jerman 2-0 melalui gol John Jensen dan Kim Vilfort di masing-masing babak.